Monday, March 06, 2006

Orang Pintar, Minum…?

Wah, cukup terkejut karena blog ini sempat jadi media pertengkaran(heh?) bagi beberapa oknum. Hehehe. Entah karena memang saya kehabisan ide atau saya emang males, saya jera memancing reaksi-reaksi keras seperti itu. Mari kita bicarakan sesuatu yang menyenangkan. Everyday live.

What’s new? Pertanyaan basa basi ini sering saya lontarkan kepada my so-called friends yang kebetulan memang tak ada niat berhubungan dengan saya. Entah dia yang males atau saya yang eneg, mungkin hal tersebut dapat diperdebatkan. Apakah dia ganggu atau saya yang ganggu? Saya juga tidak tahu. Pokoknya males. Titik.

Oke. What’s new? Saya baru-baru ini mengambil kursus vocal (silahkan tertawa). Even though I sing like a frog sings, I really love to sing! Entah kenapa. Pokoknya menyanyi. Dan kebetulan saya memang tergabung dalam paduan suara.

Realita apa yang saya temukan? Ternyata suara saya memang buruk sekali! Hahaha. Untung saya kursus. Kalau tidak, saya tidak mungkin tahu suara saya jelek.

Entah kenapa saya ingin menghubungkannya dengan orang-orang yang dianggap cerdas atau justru sebaliknya, dianggap bodoh. Sering kita menganggap seseorang cerdas hanya karena semata-mata kita tidak mengerti apa yang dibicarakannya. Ngomong dengan istilah-istilah terkini yang bahkan belum ada di kamus bahasa Indonesia terbaru sekalipun. Atau ngomong keinggris-inggrisan(no offense ;p). Pokoknya sesuatu yang ruwet, mumet, susah dimengerti itu adalah ciri-ciri orang cerdas. Kebalikannya sama saja. Kalau ada orang yang bawaannya ketawa mulu, berpikir se-simple mungkin, sepraktis mungkin, pasti akan dicap bodoh. Soalnya orang seperti ini memang tidak mau susah. Maka dia akan dicap sebagai orang yang gak bisa diajak serius. Orang yang maunya seneng-seneng saja.

Kenapa si pintar menggunakan bahasa yang tidak dimengerti orang lain? Saya jujur saja tidak mengerti. Kenapa ya? Apa gunanya pintar kalau dia saja yang mengerti? Pasti anda ingin berkata kalau kepintaran itu kepuasan pribadi. Yah mbok bagi-bagi ke orang lain apa salahnya toh?

Saya tidak akan membahas si bodoh karena kemungkinan besar itu akan menjadi defense. Hehehe.

Diatas posisi bodoh tentu saja ada pintar. Namun saya menambahkan sesuatu diatas pintar. Mari kita sebut dia super-pintar.

Bagaimana ciri-ciri si super-pintar?

Dia akan senang hati terbuka dan berdiskusi dengan orang lain, dengan pembahasan sesimpel mungkin tanpa menghilangkan satu aspek pun dari maksud yang hendak dibicarakannya. Mengapa? Karena sementara orang pintar hanya dapat mengerti tanpa bisa menjelaskannya, si super-pintar justru dapat menstrukturkan kerumitan itu menjadi sesuatu yang sederhana dan dapat dimengerti semua orang.

Dia akan bertindak sesimpel mungkin berdasarkan pemikiran yang sekompleks mungkin. Karena dimana orang pintar hanya dapat berpikir kompleks, si super-pintar dapat mengeksekusi pemikiran kompleks itu menjadi tindakan simple yang tentu saja lebih efisien.

Dia akan tetap tenang dibawah tekanan. Mungkin dia akan tertawa terus menerus karena menurutnya sesuatu yang sensasional hanya bisa didapatkan dengan kepala dingin dan hati yang senang. Sehingga tekanan, kepanikan dan amarah (I hate this word) tidak akan banyak berguna.

Dia akan tetap belajar karena dia masih merasa bodoh dan akan tetap mempengaruhi sekitarnya untuk berkembang.

Hanya sedikit contoh yang bisa saya beri. Karena mata saya sudah perih melihat monitor ini. Saya hanya bisa mengambil kesimpulan, orang super-pintar dan adalah gabungan dari orang bodoh dan orang pintar.

Maka saya memutuskan untuk tetap belajar vocal. Mungkin saya bisa melompat dari tahap bodoh langsung ke tahap super-pintar.

posted only by (FNS)

|
Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.com