Monday, August 22, 2005

Watch Your Package

---Pertama---

At first, I always wondered. Kenapa orang-orang sangat memperhatikan kemasan. Bukan produk, maksud saya. Kemasan individu. Mulai dari attitude, gelar, sampai wardrobe. Menurut logis saya, mau bagaimanapun dikemas, tetap saja yang penting isi atau esensi nya. Mau bagaimanapun luarnya, kalau isinya busuk tetap saja ujung-ujungnya akan ketahuan.

Karena seringkali memang, orang cantik atau tampan itu identik dengan bodoh. Orang fashionable pasti ujung-ujungnya materialistis. Dan kebalikannya, orang pintar sebaiknya tidak fashionable sama sekali. Dan banyak sahabat saya yang memang ‘membungkus’ dirinya yang menurut saya minus sekali, dengan balutan-balutan menyilaukan mata. Mulai dari potongan rambut terkini, baju bermerek, sampai mengklaim menyukai musik tertentu.


---Kedua---

Lama-lama saya berpikir. Kenapa orang pintar tidak boleh fashionable? Kalau memang dia menyukainya dan memilih untuk fashionable, kenapa tidak?

Lalu saya berpikir kemasan itu adalah pilihan.


---Ketiga---

Namun karena bersahabat dengan seorang Public Relations dan saya juga kerap melakukan PR thingy dalam kepanitiaan, saya mau tak mau tetap menjaga kemasan saya untuk setidaknya menunjukkan kapabiltas saya dan organisasi yang saya wakili. Karena menurut saya, mau sebaik apapun isinya, kalau kemasannya bututnya bukan main, bagaimana orang berniat untuk meneliti isi yang berkualitas tersebut? Pemikiran saya muncul karena saya sadar kita hidup di dunia makna dimana first impression adalah hal yang sangat penting. Untuk merepresentasikan isi, maka harus tercermin dari luarnya. Itu pendapat saya.


---Last, keempat---

Baru-baru ini saya online beberapa jam. Since I have no life, I still enjoy that friendster shit. But HELL NO! All messages from my friends are unavailable. They said it is temporary and suggest me to check back soon. But, hey! I checked three times, and still, they are unavailable.

Damn!

But again, since I have no life, I decide to do something funny and awkward. I log in to MIRC! Huahahhaha…feel like in junior high school again! Biasanya saya gunakan nickname yang standar saja. ‘Dingin” for example. Atau ‘Laper’. Atau bisa juga ‘Ngantuk’. Pokoknya semua tidak pernah saya pikirkan dengan baik. Walhasil bisa ditebak. Semua yang menghampiri saya berujung omongan-omongan jorok yang tidak jelas juntrungannya (dimana kita semua tahu itulah gunanya MIRC ;p). Saya Cuma berharap, dari sekian banyak orang yang saya ajak berbicara, at least, there is ONE person who actually want to talk REAL CONVERSATION. Tapi memang dewa (atau dewi?) keberuntungan tak pernah memihak pada saya.

Namun karena saya jenuh dengan chat-chat jorok, yang kesemuanya hanya melihat prospek untuk having sex dalam tempo 24 jam, saya memutuskan untuk mengemas diri saya dengan nama yang tidak biasa. “Deep Conversation”. Huahahahha…pretty cool, isn’t it? ;p

Yah saya agak kecewa karena hanya sedikit yang menghampiri saya. Setelah bengong-bengong gak jelas, actually there’re few people who actually want to talk. What a relief! At least, I spent three hours just to talk with those people (it is almost never happened!)

So, after I go offline and have a quite moment with ‘Maliq n the Essentials’ (well I cant say its ‘quite’ since I always tend to insult their lyrics ;p), I have a thinking moment. Kesimpulannya, kemasan sangat penting!

Mengapa? Beside it represents what you are, who you are, beside it s your choice, I have one reason left why we should watch our package.

It will make sure that you really get what you really want.

Setuju? Terserah. Saya tidak begitu peduli dengan persetujuan

|
Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.com