Monday, December 27, 2004

Template

Hmmmm... gak berasa ya...tiba-tiba udah natal lagi...

Saya tidak tahu. Selama ini kok otak saya malas sekali diajak bekerja. Blog ini pun tak ada pembaharuan selama hampir dua minggu (mungkin). Kenapa saya malas? Mungkin saya tidak merasa tertekan. Aneh ya? Justru saya merasa bisa menulis kalau saya tertekan atau merasa kekurangan. Hehehe...

Namun tidak sekarang! Walaupun pikiran saya tidak tertekan saya berusaha menulis lagi! Merdeka!
Kembali ke atas. Udah natal lagi. Seperti biasa pada hari besar semua operator komunikasi seluler mendadak mandek. Sms pending berhari-hari lah. Nah entah kenapa tahun ini tidak! Semua sms sampai tak terkecuali.

Saya selalu tersenyum-senyum melihat sms kalau di hari besar seperti ini. Karena pasti minimal ada empat atau lima yang isinya sama, Cuma beda namanya saja. Jadinya kok tukeran template gitu ya? Hehehe....personal touch nya udah ga ada.

Berhubung saya mudik di saat natal ini, terpaksalah saya mengikuti kebaktian di gereja tanggal 24 malam, 25 pagi, dan 26 pagi. Gosh! Too much ritual will explode my head!

Mana bahasanya ga ngerti lagi (pake bahasa batak booo). Panas! Ditambah orang-orang yang melihat saya seperti melihat binatang langka. Ah pokoknya males banget lah. Untung ada seorang teman baik saya yang mau menemani saya saat kebaktian melalui sms (I cant imagine how I pass that shit without you! Love you so.).

Nah walaupun saya tidak fasih berbahasa batak, namun saya dapat menangkap beberapa hal dari kothbah si pendeta.

Setelah mendengar, diselingi dengan bergosip, saya menyadari ada hal yang lucu. Ternyata fenomena template itu tidak hanya di dunia sms saja teman! Namun di dalam kothbah juga!

Hahaha... benar-benar membosankan. 20 tahun saya melewati natal, 20 tahun itu juga saya mendengar kothbah yang itu-itu saja intinya. Mungkin di seminari diajarkan berbagai jenis template buat kothbah. Jadi tinggal ambil sesuai suasana, lalu ganti tanggal, nama dan situasi.

Jujur saja selama beberapa tahun belakangan ini saya tidak pernah merasakan feeling chrismast-y lagi. Karena hadiah dan baju baru sudah pasti terasa biasa saja setelah umur segini. Nah saya butuh makna. Namun makna itu sendiri sepertinya sudah sangat usang karena penggunaan template tadi. Itu-ituuuuuu saja. I mean gini deh, buat apa sih membicarakan sesuatu yang orang udah tahu? Bukannya jadi useless?

Perbincangan saya dan keluarga tadi pagi sewaktu sarapan, memberikan saya inspirasi. Ibu saya ngotot harus ke gereja di pagi natal. Dan ngotot juga harus ikut perjamuan kudus. Jadi kalau ditotal, waktunya kira-kira 4 jam! Kebayang gak? Empat jam penuh berada di ruangan panas, mendengar sesuatu yang tidak dimengerti, di judge sama orang-orang. Wah saya memilih untuk tidak datang. Namun karena dipaksa terpaksalah saya datang juga. Walhasil saya jadi main foto-fotoan dengan kakak saya (hasilnya bisa dilihat di account friendster saya).

Nah entah kenapa natal itu dijadikan event setahun sekali yang monumental. Padahal sih menurut saya, orang yang mengaku orang kristen seharusnya tidak harus menunggu event kalau mau mengalami suatu kelahiran kembali. Setiap hari bisa menjadi hari natal. Setiap hari orang kristen bisa menyadari betapa beruntungnya mereka akan kedatangan si mesias. Kenapa harus hari natal? Kenapa harus pakai reminder? Aneh. Mau sadar diri saja harus nunggu occasion.

Kalo saya berpikir sih daripada saya datang kebaktian untuk mendengar kothbah template, untuk diingatkan kembali si mesias sudah datang (yang notabene 2000 tahun yang lalu), yang mengingatkan saya untuk bersyukur dan bergembira karena saya sangat disayang si pencipta, saya lebih memilih untuk tidak datang. Karena saya sudah tahu itu.

Saya menyadari itu semua. Namun tidak karena hari natal. Kesadaran itu bisa saja datang di tengah tahun. Bulan Februari, bulan Agustus atau kapanpun!

Paling bodohnya lagi, masih ada orang-orang yang masih memperdebatkan kapan tepatnya kelahiran sang mesias itu sendiri. Buat apa sih? Tanya saja pada diri sendiri kapan mesias lahir di diri masing-masing.

Nah kalau begitu lebih baik natal itu digunakan untuk berkumpul. Hari libur sangat langka. Berkumpul bersama orang tersayang yang jauh dan jarang berjumpa, kelihatannya cukup menarik. Jangan-jangan justru disitu kita tahu makna natal yang sebenarnya. Melihat betapa beruntungnya kita disayang oleh si pencipta. Melihat keberuntungan kita dari wajah-wajah orang yang kita kasihi. Menyadari beruntungnya kita diberi ijin hidup oleh si pencipta dan tidak tanggung-tanggung, diberi juru selamat pula! Karena menurut kacamata iman, semua itu adalah pemberian si pencipta. Daripada harus berpanas-panas, mendengar kothbah template, terkantuk-kantuk, dihakimi sesama...

|
Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.com