Jangan Terlalu Cinta
Sudah dua kali berturut-turut (termasuk ini) tulisan saya mengenai cinta dan perkawinan. Ghee…am I a lovesick bird, or what?
Jadi begini ceritanya. Teman saya pernah berkata “Jangan terlalu cinta sama cewek. Ntar kecewa”
Jujur saja saya ingin ketawa. Tapi tak mungkin saya lakukan karena dia barusan curhat yang sangat nelongso.
Nah! Kecewa karena terlalu cinta? Saya langsung ingin bertanya. Karena terlalu cinta atau terlalu banyak ekspektasi?
Karena saya sangat bingung melihat orang yang mencintai dengan embe-embel (yang tak diakui, mungkin) ekspektasi yang terlalu berlebihan. Ekspektasi seperti, “I hope he/she will be there for me all the time”, atau “ I hope we can make love tonight.” Atau “I hope we can spend our lifetime together”, “I hope you call me” “I hope you not cheat on me”…ah banyaklah…
I mean, come on! Don’t be too naïve…tidak ada seseorangpun di dunia ini yang bisa memenuhi ekspektasi kita seutuhnya. Karena memang tidak ada seorangpun di dunia ini yang sesuai persis, klop, klik, dengan maunya kita. Karena itu suatu hubungan hanya bisa diperthankan dengan usaha.
Nah kadang-kadang karena ekspektasi kita itu, cinta itu sendiri lebih diukur kepada pemenuhan ekspektasi tersebut. Jadi, makin terpenuhi ekspektasinya, kita semakin tersugesti untuk makin cinta pada si pemenuh ekspektasi tersebut atau kita merasa si pemenuh ekspektasi makin cinta terhadap kita. Lalu secara tidak sadar kita menyamakan cinta dengan ekspektasi.
Karena kita tidak jarang berkata (salah satu contoh) “Kenapa sih dia gak pernah nelpon lagi? Apa udah gak cinta lagi ya?” . Mari kita telaah satu persatu. Pertanyaan “kenapa gak nelpon” berarti menandakan si pe-nanya berekspektasi dia ditelpon. Lalu, “Apa udah gak cinta lagi” menandakan dia berspekulasi (merujuk pertanyaan sebelumnya) “gak nelpon” adalah indikasi “gak cinta lagi”, dimana ditelepon adalah ekspektasi dia. Jadi dapat diambil kesimpulan, cinta menurut si tokoh ini adalah pemenuhan ekspektasi
Jadi wajar toh, jika teman saya berkata begitu? Karena cinta menurutnya sama dengan ekspektasi. Jadi kalau terlalu cinta (terlalu banyak ekspektasi) maka jadinya kecewa. Karena memang mustahil semua ekspektasi bisa terpenuhi. Lalu apakah maksud pernyataan ‘cinta itu membebaskan.’? Karena banyak ekspektasi sudah pasti tak membebaskan
Tapi kalau cinta itu identik dengan kekecewaan, apa boleh buat?
<< Home