Tuesday, March 22, 2005

God Talk

Saya bingung. Orang-orang sering sekali mencecar saya tentang tuhan. Kenapa ya? Apa saya dianggap belum mengenal tuhan? Atau menurut mereka konsep saya salah? (the hell with right and wrong)

Baru-baru ini seorang teman baik saya mengulik topik tuhan. Saya sih tidak keberatan. Walau biasanya di dalam perbincangan seperti ini selalu ada sifat saya-benar-kamu-salah, namun saya ladenin juga. Ada beberapa hal yang masih membekas dalam pikiran saya sampai sekarang ini.

Pertama. Dia bertanya. Kenapa Tuhan menciptakan Adam? Wah jujur saja saya tidak tahu.

Lalu saya bilang kepadanya.

Mungkin iseng?

Lalu dia menyalahkan pendapat saya dan mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang saya sangat bingung tujuannya apa. Namun ternyata jawaban-jawaban saya disimpulkan olehnya bahwa Tuhan menciptakan Adam karena butuh relationship. Terus terang saya bingung. Kenapa Tuhan mau berbuat begitu? Bukankah dia maha segalanya? Kalau dia ingin butuh relationship, maka disebabkan oleh apa? Bosan? Kesepian? Tuhan dengan sangat mudah menciptakan benda lain untuk menemaninya.

Terus terang saya bingungnya bukan main. Saya mengaku tidak tahu kenapa Tuhan menciptakan Adam. Kenapa? Karena ini akan berujung pada satu pertanyaan. Apa tujuan hidup kita. Dan saya yakin seratus persen tidak ada yang tahu (ini saya contek dari artikel teman saya. Rindunya saya akan percakapan-percakapan bodoh itu!). Karena semua pendapat orang tentang tujuan hidup menurut saya bersifat spekualtif dan tidak bisa dibuktikan. Sayangnya tidak ada orang mati yang kembali ke dunia untuk memberitahu kalau surga dan neraka itu ada. Bukannya saya tidak percaya akan keberdaannya, namun kepercayaan saya itulah yang disebut keyakinan. Sebab yang saya percaya tidak dapat dibuktikan secara nyata dan logis. Semua pendapat orang tentang tujuan hidup itu berbeda. Manusia sendiri tidak bisa bermufakat akan apa tujuan hidupnya.

Kedua. Dia bertanya menurut saya Kristen itu apa. Saya menjawab seperti agama lainnya, Kristen itu suatu lembaga yang diciptakan manusia. Saya bisa merasakan kalau dia kebakaran jembut ;p

Ini lagi yang saya bingung. Kenapa faith selalu dikaitkan(disamakan?) dengan religion? Tuhan dikaitkan (disamakan?) dengan agama? Memang benar agama adalah cara menuju tuhan atau merupakan bentuk pencarian spiritualitas. Tapi bukan satu-satunya. Kalau orang bisa menemukannya dengan cara lain selain agama, bagaimana? Karena menurut saya agama belum tentu bisa bekerja dengan hasil yang sama pada orang yang berbeda.

Ketiga. Kami membahas soal alkitab. Saya katakan bagaimana bisa dijadikan pegangan jika alkitab sendiri terlalu banyak ditambahi, dikurangi dan direvisi? Dia mengatakan, lebih baik begitu. Karena sudah sedikitpun, manusia sulit untuk menjalankannya. Lagipula (tambahnya) tuhan lebih memperhatikan pelaku firmannya.

Hummm saya sedikit keberatan. Bagaimana itu menjadi patokan sehari-hari jika isinya pun terlalu banyak revisi (kami sudah setuju kalau alkitab itu direvisi). Saya ajukan suatu contoh. Misalnya ada peraturan makan. Sebelum makan, kamu cuci tangan dulu, dilanjutkan dengan minum (agar tenggorokan lancar), lalu mulai makan. Jika salah satunya dihapus, misalnya bagian harus minum dulu, bukannya ujung-ujungnya kita bisa tersedak? Atau bagian cuci tangan dihapuskan, maka kita bisa cacingan.

Lalu dia mengatakan contoh saya tidak relevan.

Pembicaraan ini membawa saya pada satu kesimpulan. Semua konsep tentang tuhan itu sendiri tidak ada yang terbukti benar seratus persen (seperti hukum gravitasi misalnya). Jadi memilih percaya atau tidak percaya sebenarnya sama saja.

Cuma saya percaya. Dan kepercayaan saya itu saya golongkan kepada keyakinan. Yakin pada sesuatu yang tidak terbukti. Tanpa saya lihat sendiri. Orang yang tidak percaya juga punya keyakinan yang sama. Mereka yakin akan sesuatu yang sejujurnya tidak terbukti secara otentik. Jadi lebih baik masalah tuhan dan embel-embelnya tidak dibawa ke dalam ruang publik. But what the hell am I doing here? Huahahahaha.

Dan saya yakin seratus persen pembicaraan ini mengakibatkan saya dan dia menjadi semakin keras kepala. Walhasil saya dan dia tidak bisa menyatukan konsep.

Tapi saya selalu senang pembicaraan seperti ini. Karena jujur, entah kenapa saya makin percaya sama si Tuhan.

Kami saling adu konsep. Debat bukan konversasional. Tapi sialnya saya merasa debat itu sangat seksi. Damn!
Ps. Silahkan caci maki tulisan ini. Saya tidak akan memberi tanggapan. Tapi ga janji ya ;p

|
Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.com