Wartawan itu Jelas Sudah Gila
Beberapa hari yang lalu saya menonton reportase tentang jatuhnya sebuah helikopter. Dimana ya? Saya lupa. Pokoknya saya cuma ingat nama helikopternya Super Puma. Itupun saya ingat karena namanya sangat mirip dengan merek dompet saya.
Jujur saja sebenarnya saya tidak tertarik pada kejatuhan sang helikopter _yang diakui sebagai akibat cuaca yang sangat buruk_ itu. Namun saya lebih memperhatikan orang yang bersedih karena kehilangan orang-orang yang tewas dalam kecelakaan itu.
Nelongso sekali kelihatannya. Bagaimana tidak? Setiap hari mereka pasti berpikir, orang tersebut akan pulang. Memang tidak besok, paling tidak bulan depan, atau tahun depan. Yang penting pulang dan masih bisa dipeluk, berbicara, tertawa bersama. Nah tiba-tiba, juedhhherrr....kejadianlah....
Herannya (yang membuat saya panas hati), si wartawan yang meliput. Ingin rasanya saya gampar. Betul-betul tidak menghagai orang lain. Yang lagi serenggukan, diwawancara. Udah gitu yang ditanya pasti hal-hal yang tidak penting. Ada firasat tidak? Bagaimana keseharian si korban waktu hidup? Gimana yang serenggukan gak makin nelongso? Paling parahnya lagi, semuanya ditampilkan secara nasional. Dan tidak cukup sampai disitu, anak si korban yang masih tidak tahu apa-apa tentang kematian juga ikut diwawancara. Lalu si wartawan memanis-maniskan suaranya, diimut-imutkan. Papa gimana orangnya? Sedih gak, Papa meninggal? APA COBAAAA????
Pertama. Pelanggaran privacy. Menurut saya waktu berkabung adalah waktu pribadi. Tidak seharusnya diganggu, apalagi disbarluaskan ke seluruh nusantara.
Kedua. Nilai sesama manusia. Wartawan itu jelas sudah gila. Di saat orang lain berkabung, sempat-sempatnya dia memperjuangkan karirnya. Mengganggu proses perkabungan dengan menyeruak, dengan mik di tangan, kameramen, pertanyaan yang tidak penting, jelas semuanya mengganggu. Menindas hak orang lain untuk berkabung
Ketiga. Alasan tidak masuk akal. Karena kalau dipertanyakan, si wartawan jelas membela kelakuannya sebagai tindak nyata dari kebebasan pers. Bahwa mereka bertanggung jawab memberitakan kejadian kepada masyarakat. Saya rasa kebebasan disitu seharusnya tidak termasuk bebas merampas kebebasan orang lain.
Keempat. Apa tujuannya. Ini yang salah satu yang tidak saya mengerti. Apa tujuannya dia menganggu saat berkabung orang hanya demi waktu semenit, dua menit di televisi. Apa maksudnya memancing rasa prihatin penonton? Sekali lagi. Apa tujuannya? Lantas kalau pemirsa prihatin, apa yang terjadi? Tidak bisa mengubah apapun toh?
Kelima. Nilai etis. Wah saya tidak mau ngomongin ini ah...
Saya selalu berpendapat wartawan atau jurnalis itu pasti orang yang luar biasa pintarnya. Saya sering terkagum-kagum kalau mendengar acara berita di televisi. Apalagi kalau sudah diskusi dengan seseorang. Rasanya semua buku di dunia ini sudah mereka baca!
Namun banyak juga yang membuat saya menggaruk-garuk kepala. Apalagi wartawan infotainment. Kalau tidak dijawab pertanyaannya, mereka marah. Saya ingat pernah menonton reportase tentang Sarah Sechan kalau saya tidak salah. Nah, dia menolak untuk berkomentar. Lantas si wartawan marah-marah sambil memukul mobilnya, memukul suaminya sekalian sambil memaki-maki. Kalau tidak dijawab mereka berkata ‘tolong dong mbak...’. gak ngerti maksudnya minta tolong apa. Kalo si selebritisnya yang minta tolong jangan diganggu, dia mau apa tidak? Jadi heran.
Belum lagi kalau si wartawan merasa berjasa atas keberhasilan si selebritis. Wadooohh... mungkin memang iya, namun seharusnya tanda jasa itu diberikan, bukannya disadari.
Bukan mau sok menjadi pengamat dunia pers, namun semua orang juga tahu kalau dulu pers dikontrol oleh pihak tertentu. Nah begitu diberi kebebasan kok malah jadi mengontrol?
Hah...sudahlah!
Akhir kata saya ucapkan, terima kasih kepada teman-teman pers yang telah membantu karir saya sampai sejauh ini... Tolong lupakan tulisan saya yang ini ketika saya menginjak dunia selebritis nanti.... Pokoknya saya berusaha sangat koperatif dengan rekan-rekan sekalian... saya akan mengadakan press conference dengan makanan enak-enak, menyogok kalian semua dengan hadiah-hadiah....(loh, kok?.......)
<< Home