Saya Tidak Puas!
Kita cenderung tidak puas dengan apa yang kita punyai. Mengingatkan saya pada pepatah basi yang mengatakan rumput tetangga lebih hijau dari rumput sendiri.
Namun sebenarnya yang menjadi concern saya bukan masalah perbedaan warna rumput ataupun perbedaan kepemilikan atau apapun mengenai perbedaan. Yang saya maksudkan lebih kepada tawaran-tawaran yang datang kepada kita.
Saya cenderung membutakan mata kita, menoleh ke arah lain, apabila suatu tawaran dihadapkan kepada saya. Tawaran itu cenderung kurang sempurna, terasa kurang pas, kurang memuaskan, dan kurang-kurang lainnya.
Mungkin anda mengatakan saya memang tidak pernah puas. Namun, bukankah kita semua begitu? Kalau kita puas akan segala sesuatu, maka kita tidak akan pernah mengenal pesawat terbang, kita tidak akan mengenal telepon seluler atau apapun yang kita rasakan sekarang ini.
Rasa tidak puas yang kita punya mungkin seharusnya bertujuan untuk kemajuan kehidupan kita sendiri. Sebab jika kita puas, maka dunia pun berhenti berputar.
Sayangnya kita sering mensugesti diri kita sendiri untuk merasa puas akan keadaan, hanya semata-mata memproyeksikan ketidakmampuan kita atau kemalasan kita. Apalagi moral (dan mungkin) agama cenderung mengajarkan banyak orang untuk merasa puas, dan mencap orang yang tidak pernah puas sebagai individu yang tamak. Mungkin alasan ini menjadi salah satu faktor yang membuat banyak ilmuwan menjadi atheis ;p
Mungkin ada benarnya. Namun masuk akal kan jika orang menginginkan sesuatu yang lebih baik? Karena jika tidak, maka individu tersebut akan berhenti berproses yang dalam kata lain berarti mati sebelum saatnya. Seperti zombie.
Tidak ada yang salah dengan bersifat ambisius asalkan hal tersebut tidak mengganggu orang lain, menurut saya.
Namun kembali kepada tawaran. Saya tetap bingung kenapa tawaran yang ada di hadapan saya, selalu saya anggap kurang.
Saya jadi teringat perkataan teman saya di saat kami ngopi dan ngalor ngidul kesana-kemari. Saat itu kami semua diam, dan dia secara tiba-tiba (disertai dengan cara bicara yang mengawang-awang) mengatakan,
“Kenapa ya gue masih jomblo juga? Yang jelas-jelas mau sama gue…gue pasti ga mau. Yang jelas-jelas ogah sama gue…gue malah ngebet…”
Sounds Familiar? Hahaha. Kami kontan tertawa berbarengan.
Well, reality bites, dear….
(Ditulis dalam keputusasaan menghadapi para penggemar saya yang semakin lama semakin sulit dihadapi. Bhuahahhahah. PLAK!)
(FNS)
<< Home