Thursday, November 04, 2004

Apakah Tuhan Perempuan

Pertanyaan ini sering sekali saya ajukan untuk menghadapi orang-orang yang memaksa saya mengikuti kegiatan keagamaan seperti persekutuan atau pmk atau apapun namanya itu. Bukannya mau mempertanyakan hal ini sesungguhnya, namun banyak sekali jawaban yang saya dapatkan dan justru semakin memojokkan dia dengan konsepnya. Saya sendiri tidak tahu Tuhan itu perempuan atau laki-laki. Menurt saya terlalu bodoh jika kita mencoba mendiskripsikan Tuhan dengan ukuran manusia.

Pernah suatu hari saya kuliah. Kuliah saya sangat membosankan dengan dosen yang (mungkin pintar) bodohnya gak ketulungan dalam mengajar. Lantas salah satu teman baik saya memancing saya dengan pertanyaan-pertanyaan serta ajakan untuk aktif ikut pmk (persekutuan mahasiswa Kristen). Dengan pertanyaan pamungkas ini saya berkata padanya

Saya: “Oke. Bagaimana kalo saya katakan Tuhan itu perempuan?”
Dia: “ Gak mungkin. Di dalam Alkitab sudah dibuktikan bahwa dia laki-laki sebab datang dalam Yesus Kristus”

Saya tertawa. Bukannya mau mengejek apa yang dipercayainya. Namun saya tertawa akan dua hal. Pertama, dia seorang perempuan. Kedua, dengan mengatakan Tuhan itu tidak mungkin seorang perempuan, dia sendiri telah membatasi ke-Tuhanan Tuhan itu sendiri. Bagaimana mungkin? Dia bisa menjadi apapun yang Dia mau.

Perbincangan kami berlangsung dalam waktu yang cukup lama sampai kuliah berakhir (yang kira-kira dua setengah jam), dan sama sekali alot. Masalahnya, saya mau mencoba mengerti dia dan konsepnya (mengerti belum tentu mempercayai). Namun dia sama sekali tidak. Dia selalu berpendapat saya salah, dan lebih parahnya lagi, dia berusaha sekali mengganti konsep di otak saya.

Lalu dia berkata kita sebagai umat Tuhan harus rajin ke gereja. Saya bertanya. Mengapa?
Dia (D): “Soalnya kita butuh firman Tuhan.”
Saya (S): “Emang cuma bisa di dapat di gereja?”
Dia: “Nggak, kita butuh berkumpul bersama orang seiman.”
S: “Emang cuma bisa di gereja?”
D: “Bukan begitu, kita perlu bertemu Tuhan.”
S: “Emang cuma bisa di gereja?”
Saya ke gereja. Namun saya tidak pernah berpendapat kalau hal-hal diatas hanya bisa didapatkan di gereja. Lalu dia berkata kalau kita perlu bimbingan orang untuk mengerti firman Tuhan. Saya lalu menjawab, “Manusia bisa terintervensi.” Gak tahu deh dia ngerti terintervensi apa nggak.

Pokoknya banyak sekali pertanyaan2 sejenis yang diajukannya. Namun saya tidak tahu dia merasa terpojok ataupun mencoba menyerang, dia bertanya, “Kamu kenapa sih? Udah gak percaya lagi ya sama Tuhan?”. Apa yang harus dikata? Saya pun kembali tertawa.

Lantas saya berkata kalo saya senang sekali membaca buku-buku filsafat, serta buku-buku Romo Mangun dan saya merasa banyak pelajaran tentang Tuhan yang saya dapatkan dari situ. Lalu saya berkata mungkin dia harus mulai membaca lebih banyak. Dia kembali menyerang saya. Dia berkata, “ Romo Mangun? Dia Katolik. Kita kan Protestan.”. Saya kembali tertawa. Apa-apaan ini orang! Betapa sempitnya pikirannya jika dia tidak bisa belajar dari dimensi serta kemungkinan lain. Bahkan saya sebagai pengikut Kristus bisa memetik pelajaran dari dakwah nya AA Gym sekalipun. Apalagi dari guru bangsa seperti Romo Mangun? Belum lagi buku2 filsafat yang ditulis oleh kebanyakan orang atheis. Dan saya yakin seratus persen mereka lebih mengetahui isi Alkitab dibanding saya sendiri yang berani berkata bahwa saya seorang pengikut Kristus.

Saya merasa kasihan melihatnya. Bahkan dengan saya yang masih percaya dengan Kristus saja (menurut penilaian saya) dia tidak berhasil membuat saya mengerti konsep yang dipegangnya. Bagaimana mungkin saya bisa percaya? Bagaimana lagi jika dia terbeban untuk menyebarkan firman Tuhan yang mati-matian dihapalnya kepada orang-orang atheis? Bukannya saya tidak percaya terhadap mukzizat, namun terlalu mustahil rasanya mereka mau percaya hal yang diluar rasio ketika orang yang menyebarkannya tidak bisa (atau tidak mau?) masuk ke dalam realitas mereka. Mau berkata apa dia nanti? Membacakan alkitab didepan mereka? Gak perlu. Mereka sudah tahu isinya. Jangan-jangan justru dia didebat akan keeksistensian Tuhan dengan ayat alkitab lagi (seperti banyak orang Kristen yang perang ayat). Lalu dia mau berkata apa? Terdiam dan menangis? Atau mengharap mukzizat? Mukzizat tidak akan datang jika kita tidak berusaha. Atau justru lebih parahnya lagi, dia berpendapat sang atheis benar dan ikut jadi atheis? Wah…saya tidak mau berpikir ke sana.

Meminjam kalimat Carrie Bradshaw dari sex n the city, I couldn’t help but wonder. Kira-kira apa yang diajarkan yahhhh di dalam pmk itu? (BT)

|
Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.com